Apakah kebahagiaan jiwa berbanding lurus terhadap intensitas tertawa?
Apakah semakin sering tertawa, seseorang akan merasakan kebahagiaan
jiwa?
Bagi saya, tidak. Kebahagiaan jiwa tidak selalu berbanding
lurus terhadap intensitas tertawa. Kekosongan jiwa tetap saja saya
rasakan ketika setiap hari, setiap saat saya tertawa. Iya, memang
senang, tapi setelah itu, ya sudah, senangnya hilang berganti
kekeringan.
Saya tidak tahu kenapa seperti ini. Mungkin inilah
yang membuat sebagian orang-orang kaya, tenar, serta punya kekuasaan
terjerumus menggunakan obat-obat terlarang dengan dalih mencari
ketenangan. Jika kita lihat, mereka mempunyai apa yang diinginkan setiap
orang, harta, popularitas, dan kekuasaan. Mereka juga tampak
sering tertawa, dan sepertinya hidupnya diisi kesenangan semata. Tapi
kenapa mereka masih saja mencari sesuatu yang bisa dianggap menenangkan
dan menentramkan hati.
Jadi, apa sebenarnya kebahagiaan itu? Penasaran, saya sedikit googling tentang kebahagiaan.
Bahagia itu ialah tetap taat kepada Allah sepanjang hidup.
Kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu.
Oh, jadi pantas saja saya sering tertawa tapi tetap merasa hampa. Lha wong saya
tertawa, tapi dengan itu saya jadi melewatkan waktu yang seharusnya
bisa digunakan untuk membaca. Saya tertawa, di saat jatah waktu untuk
berdzikir. Saya tertawa, tanpa terasa membuang waktu begitu saja. Dan
sampai akhirnya tertawa membuat saya lupa merenung, mengabaikan tafakur.
Dan
di satu sisi, saya melewati hari tanpa membaca Al-Qur’an setiap hari.
Terbukti bahwa Al-Qur’an memang melembutkan hati. Dalam hari-hari tanpa
membaca Al-Qur’an tersebut, sempat saya berfikir, “Ah, tidak apa-apa
hari ini saja tidak membaca Al-Qur’an. Besok kan juga bisa baca.”
Tapi,
besoknya saya mengulangi pernyataan di atas, tidak apa-apa, untuk hari
ini saja tidak membaca Al-Qur’an. Dan begitu seterusnya sampai saya
menyadari ada yang keliru. Pelajaran yang didapat, meskipun tidak tahu
arti yang dibaca, membaca Al-Qur’an tetap bisa menentramkan jiwa, bisa
membantu meredam emosi, serta menguatkan kesabaran, yang berujung pada
kebahagiaan. Setidaknya itu yang saya rasakan. :)
Ya, banyak tertawa bukan berarti jiwa bahagia. Karena sejatinya bahagia itu ketika hidup dalam ketaatan pada Sang Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar