Beberapa menit menjelang bergantinya hari, di saat berkutat dengan
proposal yang bukan skripsi, kucoba menguntai kata menjadi rangkaian
kalimat yang bertutur cerita, sore tadi.
Sore ini agak sepi,
Setelah ngaji, saya kumpulkan
adik - adik, agak susah memang pekerjaan ini, pasalnya anak - anak
memang "liar" karena lebih suka lari - lari dan perang - perang an
ketimbang duduk bersila mendengarkan cerita. Tapi usahaku tak terhenti,
saya panggil satu persatu dan saya tuntun ke salah satu pojok TPA,
kami membuat lingkaran kecil yang tak begitu rapi.
Saya membuka
dialog dengan bercerita seputar ramadhan, menanyai mereka satu persatu
tentang puasanya. Kemudian melontarkan beberapa pertanyaan tentang
ibadah ini, mereka berlomba mendapatkan perhatianku dengan menjawab
sekenanya, aku geli mendengarnya.
Kemudian, salah satu dari
mereka bercerita tentang Sinetron GGS begitu mereka menyebutnya, kontan satu sama lain
saling bersautan menandakan mereka satu frekuensi, satu sama lain saling
membenarkan, menambahkan, dan bahkan menyalahkan. Usut punya usut ternyata GGS itu kepanjangan dari Ganteng Ganteng Serigala. Yassalammmmm..... saya fikir APAAA????!!!!
Meraka hafal betul tentang sinetron ini. Kali ini saya jadi pendengar
setia, saya hadapkan wajah ke satu persatu dari mereka yang bercerita,
mencoba ikut simpati dan sesekali ikut tertawa meski saya ndhak begitu
merasa lucu. Saya menunjukkan ekspresi ketertarikan, ini salah satu
strategi memikat hati (haitsahhh). Tapi ya sebenarnya tidak begitu
asyiek, wajar, hampir tak satupun episode yang mereka ceritakan itu
pernah saya lihat. Tapi mereka begitu asyiek, hingga waktu berlalu cukup
lama. Saya masih asyiek sebagai pendengar setia.
Sebenarnya saya tidak tega menghentikan obrolasn ini, tapi saya melakukannya juga,
"Sip, sekarang gantian Abang yang cerita ya" Akupun menyela
"Tentang apa bang? Hantu? Horor?" Ah pertanyaan mereka
"Bukan bukan, tapi ini tentang syurga" Balasku penuh ekspresi
"Ahhhhh..." Mereka mengeluh tanda tak sepakat
"Eh, begini, Siapa yang tahu apa itu syurga?" Tanyaku memulai cerita, mencoba mencari celah dan materi agar mereka tertarik.
Satu persatu merekapun menjawab, ada yang bilang indah, luas, dan
sebagainya. Sewaktu saya tanya siapa yang berhak masuk syurga, jawaban
merekapun lucu - lucu dan ada benarnya juga. Kemudian saat saya tanya
mau minta apa saat di syurga, mereka menyebutkan hal hal lucu, ada yang
minta layangan, ada yang minta emas, ada yang minta apel, ada yang minta
rumah, laptop, hape, bahkan ada yang minta Cowok ganteng *Yasssalammmmmm #EFEK SINETRONN dan lain sebagainya.
"Bang, caranya masuk syurga bagaimana?" Ada salah satu santri yang menyela
"Nah, masuknya syurga itu, kita harus selamat saat lewat jemabatannya"
Saya memang sengaja tidak menyebutkan nama jembatannya, tapi mereka
sudah faham dengan arah pembicaraannya.
"Iya bang, jembatannya kecil
banget ya bang, lewat rambut yang di belah jadi tujuh, trus gimana bang
cara lewatnya? Bukannya susah ya bang?" Dele,Niken,Vina dan Kemal yang kritiss
Saya perhatikan mereka
mulai tertarik, ada yang mulai mendekat dan lebih khusuk memperhatikan
apa yang akan saya sampaikan selanjutnya. Ada ekspresi takut tidak bisa
nyeberang, ada ekspresi penasaran, dan ada juga yang datar tanpa
penghayatan, hahaha. Kemudian saya sampaikan beberapa nasehat tentang
akhlak - akhlak sederhana yang barangkali tak begitu cukup untuk
menyelamatkan kami dari jembatan penyeberangan ini, entahlah, Alloh yang
akan mencukupkan persayaratan lainnya, insyaAlloh.
"Bang,
pengen masuk syurga" Pinta salah satu santri. Agak manja ekspresinya.
Acara ditutup, semoga lain waktu bisa dilanjutkan lagi dengan materi
yang lebih seru tentunya.
Setelah acara selesai, masih ada
beberapa santri yang "Penasaranl"Hari pun sudah menjelang maghrib.
Hikmah sederhana yang ingin saya bagi dari rangkaian kata tak begitu indah ini adalah,
"Jika ingin didengarkan, kita hanya butuh kesabaran lebih lama untuk mendengarkan"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar